Sabtu, 11 Desember 2010

MAKALAH TENTANG POLEMIK KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah ini yang disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Ilmu Sosial Dasar. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar dan semua pihak yang secara tidak langsung telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini.
            Makalah ini disusun berdasarkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber. Tujuan penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Ilmu Sosial Dasar adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai keadaan masyarakat Yogjakarta selepas erupsi merapi dan ditengah permasalahan tentang keistimewaan Yogyakarta
            Selama proses pengumpulan data hingga akhirnya sampai pada penyusunan makalah, saya menyadari masih banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunannya. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, agar bermanfaat bagi saya, selaku penyusun.
            Akhir kata saya ucapkan terima kasih, semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                                Bogor, Desember 2010



                                                                          Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
                Hampir seluruh warga Yogya masih menyimpan trauma dan ketakutan yang sulit di hapuskan dalam sekejap dan begitu saja melupakan apa yang mereka alami karena erupsi merapi dan seluruh rakyat Indonesia masih diselimuti asap duka, dimana banyak keluarga, tempat tinggal, peliharaan dan harta bendanya habis tak tersisa dilahap abu merapi. Belum lagi setelah erupsi merapi  mencapai antiklimaks, masyarakat yogyakarta masih mendapat ancaman serius. Betapa tidak, dikala hujan turun, lahar dingin dapat mengancam sewaktu-waktu tanpa dapat diduga. Juga penyelesaian pasca letusan berakhir, ‘recovery’  Yogya dipastikan memakan waktu lama, biaya dan tenaga yang tidak sedikit.
Kini ditengah semua duka yang belum hilang, Masyarakat Yogya kembali harus mendapatkan kenyataan pahit tentang dipermasalahkannya status keistimewaan Yogyakarta. Masyarakat Yogyakarta  yang selama ini sangat patuh dan taat terhadap rajanya, karena Sri Sultan Hamengkubuwono X selalu menjadikan symbol teladan dan bisa menempatkan diri ditengah-tengah rakyatnya, kini harus resah karena keistimewaan Yogyakarta dinilai sebagai suatu paham monarki absolut. rakyat Yogya menghormati dan menghargai Raja dan Ratunya setinggi-tingginya, meninggalnya Mbah Maridjan barangkali dapat menjadikan contoh bagaimana setia dan hormatnya rakyat Yogya terhadap Rajanya. Masyarakat pun bertanya-tanya mengapa harus dipermasalahkan hal-hal seperti ini, bukankah selama ini dengan keistimewaan Yogyakarta kita tetap hidup dalam damai. Tapi mengapa tiba-tiba saja mencuat pemikiran yang mempermasalahkan keistimewaan Yogyakarta.

1.2 Latar Belakang
Pernyataan yang tiba-tiba mencuat dan menjadi permaslahan yang serius tentang keistimewaan Yogyakarta mmbuat masyarakat Yogyakarta semakin dirundung duka. Masyarakat yang begitu menghormati peraturan, adat, serta pemimpinnya kian merasa diusik kesejahteraan hidup yang telah dialami sejak dulu dengan status keistimewaan dareh Yogyakarta. Makalah ini  akan membahas sedikit dan mencoba menggambarkan keadaan, opini dan pandangan masyarakat tentang masalah ini.

1.3 Tujuan
Beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis dalam menulis makalah ini. Tujuan- tujuan tersebut diantaranya :
1. mengupas dan menelaah permasalahan tentang Keistimewaan Yogyakarta
2. mengidentifikasi tentang permasalahan yang dibahas.
3. menggambarkan pandangan masyarakat terhadap permasalahan yang diangkat


BAB II
PEMBAHASAN

Disaat masyarakat  Yogyakarta baru saja sedikit lega karena erupsi merapi tak lagi mengancam, justru disaat pemulihan psikis maupun keadaan lingkungan yang rusak akibat erupsi merapi rakyat Yogyakarta benar-benar marah dan kecewa terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas pernyataannya tentang monarki di DIY. Bukankah pernyataan tersebut sangatlah tidak tepat waktunya juga tidak semestinya mencuat. Apalagi belum sembuh duka masyarakat Yogyakarta. Kini harus ditambah kekecewaan karena daerah yang mereka banggakan dengan segala adat dan peraturan yang mereka taati justru dianggap sebagai daerah yang manganut paham monarki absolut karena gubernur tidak dipilih melalui pemilihan umum melainkan dipilih berdasarkan keturunan. Sebagai ekspresi kekecewaan terhadap presiden, mereka akan menggelar Kongres Rakyat Yogyakarta 17 Desember mendatang untuk menetapkan Sri Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai gubernur dan wakil gubernur.
Masyarakat menyatakan tidak akan mengikuti alias memboikot pemilihan gubernur dan wakil gubernur, jika pemilihan itu diadakan. Mereka juga mendesak DPRD agar tidak menganggarkan biaya pemilihan kepala daerah. Masyarakat sudah sepakat mempertahankan keistimewaan, salah satunya penetapan gubernur dan wakil gubernur. Bagaimana tidak, keistimewaan yang diberikan kepada daerah Yogyakarta jelas sudah mendapatkan tandatangan dari Ir.soekarno sewaktu dulu. Begitu pula pemilihan adalah bentuk demokrasi, namun demikian demokrasi jangan dipaksakan karena yang melaksanakannya adalah rakyat DIY.
Sejarah juga telah membuktikan bahwa peranan Kesultanan Yogya dalam perjuangan kemerdekaan sangatlah jelas. Siapa lagi kalau bukan Sultan Yogya yang memberi tempat perlindungan kepada para pemimpin republik dan memberi wilayah Yogyakarta sebagai ibu kota perjuangan Republik Indonesia ketika perang kemerdekaan berlangsung. Sehingga tak heran, jika pada 15 Agustus 1950 pemerintah RI memberikan keistimewaan Yogyakarta karena dukungan penuh kepada Republik yang masih muda itu.
Selain itu, jika kita simak Sultan Hamengkubuwono X sebagai Kepala Daerah Propinsi DIY selalu menjalankan tugas, peran, dan fungsinya sama dengan beberapa kepala darerah lainnya di propinsi yang ada di Indonesia. Bahkan perangkat pemerintahan Yogya juga sama sekali tidak berbeda dengan  tatanan fungsi daerah lainnya seperti; sekda, kepala dinas, dan tatanan pemerintahan lainnya.
Akhirnya, marilah kita semua menyadari bahwa Yogya masih dalam keadaan berkabung dan berduka. Hendaknya polemik mengenai Kesultanan Yogya yang bisa berakibat tidak baik terhadap tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terus dibicarakan saat ini. Perdebatan antara monarki dan demokrasi tentang Kesultanan Yogya hendaknya diakhiri secepatnya, kalau tidak mau dipolitisir oleh orang-orang yang memiliki kepentingan lain untuk memecahkan NKRI ini. Presiden dan Sri Sultan Hamengkubuwono X hendaknya  segera bertemu dan membicarakan masalah ini sedini mungkin demi rakyat Indonesia secara keseluruhan.

BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Demikian makalah ini saya susun, mohon maaf apabila ada salah kata dan penulisan.dan demikian pula yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Daam makalah yang saya susun ini tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan - kesempatan berikutnya.

KESIMPULAN
                Bagaimanapun mencuatnya permasalahan keistimewaan Yogyakarta benar-benar menempati waktu yang sangat tidak tepat. Tentu dengan baru berahirnya erupsi merapi dan belum sembuhnya duka yang menyelimuti masyarakat Yogyakarta, pernyataan tentang keistimewaan Yogyakarta yang menganut paham monarki absolut dan dipermasalahkan keistimewaannya , menambah duka masyarakatnya. Yang mungkin akan berakibat pada psikis dan hubungan sosial di masyarakat Yogyakarta.             

DAFTAR PUSTAKA



0 komentar:

Posting Komentar